Menjadi
seorang pemimpin merupakan impian dari semua orang, karena menjadi pemimpin
akan memberikan berkah sekaligus musibah juga pada kepemimpinannya. Karena kalau
tidak amanah dalam kepemimpinannya tentu saja akan mendapat respon negative dari
masyarakat. tetapi jika menjadi pemimpin di daerah selalu responsive terhadap masalah-masalah yang ada dimasyarakat
dan mampu memberikan solusi yang cerdas dan tepat, maka pemimpin seperti itu
pasti akan membawa berkah kepada masyarakat. pemimpin yang tahu diri adalah
pemimpin yang tidak hanya mengandalkan jabatan semata, tetapi mampu menjalankan
rule atau peran secara bertanggungjawab. Menjadi pemimpin yang merakyat adalah
dambaan masyarakat di daerah. Apalagi pemimpin yang sering turun ke rakyat dan
tidak jauh dari masyarakat. tetapi lain halnya, apabila pemimpin yang
berpikirnya secara strukturalis. Pemimpin seperti itu akan selalu formal dan
kaku saat turun kelapangan masyarakat.
Pemimpin yang tahu diri akan mampu
beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat. seperti
dalam bidang ekonomi harus tersedia semua kebutuhan pokok dan harga terjangkau.
Pemerintah harus selalu hadir dalam wujud keberadaannya memberikan pelayanan
dalam pembangunan ekonomi dimasyarakat. karena secara teoritis structural fungsional
pemimpin yang mendapat mandat dari masyarakat tidak selesai begitu saja. tetapi
masih ada beban moral yang harus dibuat oleh pemimpin dalam melayani semua
bidang pembangunan dimasyarakat. pemimpin harus selalu hadir atau presensi
ditengah-tengah masyarakat dan mampu menderita dengan masyarakat. sebab kalau
pemimpin yang hanya mengandalkan pencitraan semata dan sangat strukturalis atau
pemuja kekuasaan sering kali tidak bisa beradaftasi dengan kebutuhan
dimasyarakat. tetapi pemimpin seperti ini justru sering kali abai dengan
kepentingan masyarakat. karena sering kali pemimpin melakukan kawin kepentingan
dengan para elit ekonomi untuk memperkuat modal politiknya saat sudah dekat
dengan suksesi kepemimpinan dalam demokrasi electoral.
Pemimpin yang tahu diri harus sering
tampil dan hadir dimasyarakat bukan pencitraan, karena image citra hanya akan
melahirkan sampah politik pencitraan. Tetapi yang lebih penting adalah berbuat
dan melakukan perubahan sosial yang nyata ditengah-tengah masyarakat. tidak
saja membanggakan seragam yang dipakai dengan jengkol dibajunya, tetapi punya
terobosan dalam hal kemandirian membangun masyarakat dan jauh dari kesan hanya
menghabiskan anggaran semata. Apalagi hanya pandainya mengeluh di media massa,
tetapi miskin berbuat. Itulah wajah pemimpin yang tidak tahu diri dan tidak
bertanggungjawab dalam kepemimpinannya. Sebab masyarakat memilihnya menjadi
seorang pemimpin, harus disadarinya untuk bisa berbuat lebih maksimal lagi, bukan
mengeluh kepada public. tentu saja masyarakat akan memberikan penilaian
pemimpin yang tidak tahu diri dan tidak cakap dalam memimpin.
Pemimpin yang tahu diri dalam
menjalankan perannya sebagai pelayan dimasyarakat seharusnya mampu membangun
perubahan persepsi dimasyarakat. karena selama ini pemimpin itu selalu minta
dilayani atau pangreh. Sehingga kesan negative terhadap pemimpin seperti itu
sepertinya sudah menjadi realitas sosial yang objektif alias tradisi siapa yang
berkuasa. Seharusnya pemimpin itu menjadi pamong terhadap public. shifting paradigm
pemimpin harus digeser menjadi pemimpin yang merakyat dan tidak cenderung
politik pencitraan. Karena pemimpin yang andalkan citra hanya akan menipu
masyarakat dan menjadi sampah politik pencitraan. Apalagi pemimpin yang hanya
mengandalkan kekuasaan sebagai strategi untuk menindas lawan politiknya. Kemudian
disupport oleh para ilmuwan yang menjadi penasehatnya, dan memberikan
legitimasi terhadap apa yang disampaikan oleh pemimpin, sehingga dominasi
pemimpin semakin powerfull dalam mengendalikan rakyatnya.
Pemimpin strukturalis selalu saja di
kerangkeng oleh dominasi dan hegemoni aturan yang membatasinya untuk dekat
kepada masyarakat. apalagi jenjang birokrasi yang sangat berbelit-belit menjadi
symbol dan cerminan sosial yang mengendalikan interaksi sosial dan politik
masyarakat dengan pemimpin. Pemimpin strukturalis juga sering melipatgandakan
kekuasaannya untuk bisa ofensif terhadap setiap oposisi di lingkungan
kekuasaannya. Kekuasaan memang membuat seorang pemimpin selalu terpesona dan
bahkan tergila-gila untuk tetap mempertahankan dengan segala cara. Sehingga pemimpin
yang tahu diri yang diharapkan oleh masyarakat selalu kandas dalam bayang-bayang
kekuasaan yang mengkolonisasi seorang pemimpin.
Pemimpin yang terjebak dengan
kekuasaan yang sempit, selalu memaknai hanya milik pemerintah dan institusi
semata. Padahal dalam good governance atau tata kelola pemerintahan harus
selalu melibatkan stakeholder yang lain sebagai bentuk tanggungjawab bersama
untuk tujuan mensejahterakan masyarakat dan controlling. Pemimpin yang terjebak
dalam kekuasaan seperti itu selalu cenderung kurang mau di evaluasi oleh
bawahannya, padahal pemimpin juga sebagai manusia yang juga sering salah dalam
mengambil setiap keputusan.
Oleh karena itulah kita butuh Pemimpin
yang tahu diri dan bisa menekankan
praktik-praktik kekuasaannya sebagai sebuah kebenaran yang objektif dan mampu
secara realistis dirasakan oleh masyarakat. tidak lagi bermain dalam panggung
dramaturgi yang diolah dalam frons stage politik kekuasaan. Tetapi kekuasaan
yang dijalankan oleh seorang pemimpin harus menjadi sebuah kebenaran dalam
semua bidang kehidupan di masyarakat.
Sehingga dalam hal seperti inilah
pemimpin yang tahu diri tidak lagi mempersempit ruang kekuasaan pada institusi
semata. Tetapi juga berusaha membangun kebersamaan dengan masyarakat didaerah
untuk tumbuh dan berkembang secara kuat. Karena seorang pemimpin itu menjadi
seorang Leader yang harus mampu menggerakkan dengan motivasi bawahannya dan
masyarakat untuk produktif walaupun dalam kondisi deficit sekalipun.
Kemudian seorang pemimpin jangan terjebak lagi dengan
kuasa yang cenderung intimidatif dan refresif dalam menjalankan otoritas. Karena
sudah tidak zamannya lagi pemimpin itu anti kritik oleh rakyatnya. Tetapi bagaimana
seorang pemimpin itu melakukan normalisasi dalam kekuasaannya dengan rakyatnya.
Sehingga dengan kekuasaan seorang pemimpin berusaha mendidik dirinya dan
bawahannya dan juga masyarakat dalam koridor aturannya dan konsekwen. Sehingga akan
muncul dedikasi dan disiplin dari seorang pemimpin dan rakyatnya untuk lebih
produktif lagi.
pemimpin yang tahu diri adalah pemimpin yang tidak terperangkap dengan kerangkeng besi strukturalis. sehingga bisa turun ke masyarakat dan melakukan kerja dengan terobosan dan memberikan solusi yg tepat terhadap problematika di kehidupan masyarakat.
ReplyDelete