Tuesday 2 August 2016

Penyimpangan Perilaku Kolektif Oleh : Suyito, M.Si Dosen sosiologi Stisipol Raja Haji.




          Dalam kehidupan sosial selalu sering kita lihat bagaimana system sosial mengalami gangguan akibat dari adanya perilaku menyimpang yang disebabkan oleh kelompok-kelompok sosial. Akibat norma-norma dalam sebuah system sosial dilanggar menyebabkan tidak mampunya atau gagalnya berbaur dan  berintegrasi dalam  kesadaran kolektif dimasyarakat. Durkeim mengatakan anomie itu terjadi akibat tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang ada, sehingga tidak bisa melakukan kontribusi positif terhadap suatu system dan akhirnya struktrur sosial terganggu.
Tujuan dari sebuah system sosial akan terganggu akibat dari sub-sub dari system sosial tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Pembauran atau integrasi seharusnya menjadikan struktur sosial atau kelompok-kelompok yang ada didalam tatanan sosial menjaga akan terjadinya ketertiban sosial. Pola-pola yang harus tetap dijaga akan memberikan kontribusi positif terhadap suatu system sosial. Karena kalau kita bisa memahami keberadaan kita dalam suatu kelompok, menyebabkan kita gagal paham dalam melakukan peran dan peranan dalam struktur sosial dimasyarakat. Sehingga keberadaan kita akan menjadi perbincangan masyarakat. ini juga diakibatkan dari kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan dalam keluarga, institusi pendidikan serta dalam lingkungan milieu. Apalagi dalam kelompok-kelompok sosial didalam masyarakat. hubungan antar kelompok sering kita lihat terjadinya konflik, karena dimulai dengan dimensi sejarah dengan tidak bisa beradaptasi terhadap kelompok yang ada. Difusi yang dilakukan dalam kelompok menjadi penyebab tidak diterimanya kelompok tersebut, karena nilai-nilai yang diajarkan bertentangan dengan lokalitas budaya dimasyarakat. Kemudian akulturasi dalam suatu kelompok bisa juga menjadi penyebab harmonis dan konflik dalam kelompok itu terjadi. Perilaku kolektif dalam struktur sosial bisa menjadi fungsional dalam sebuah system sosial, tetapi bisa juga menjadi disfungsional dalam system sosial akibat tidak bisa menjaga keseimbangan sosial dimasyarakat.
 Perilaku kolektif berbeda dengan perilaku yang sudah terlembaga. Perilaku kolektif adalah perilaku yang secara spontan, bahkan sporadic hanya dalam waktu yang sebentar saja, tetapi bisa juga berkelanjutan dalam waktu yang lama. Perilaku kolektif bisa terlihat pada saat kerusuhan tahun 1998 yang merubah wajah Jakarta menjadi sangat menakutkan, akibat sporadisnya perilaku kolektif didalam system sosial. Sehingga menyebabkan terjadinya penjarahan dan pembakaran, ini jelas menyebabkan terganggunya kehidupan sosial dimasyarakat. Disitulah kita harus bisa memahami perilaku kolektif berbeda dengan perilaku menyimpang didalam tatanan sosial. Kalau perilaku menyimpang cenderung dilakukan oleh individu-individu, sedangkan perilaku kolektif dilakukan oleh kelompok secara spontan, sporadic dan bisa berlangsung lama serta sesaat. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa kecemasan dan ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada.
Secara teoritik perilaku kolektif yang spontan bahkan sering sporadis menyebabkan individu kehilangan kepribadiannya, tetapi digantikan oleh afeksional kerumunan saat itu. jadi individu menjadi terkena virus dari orang-orang dalam kerumunan tersebut. Dalam perilaku kolektif akan muncul secara tiba-tiba pemikiran kolektif, sehingga tindakannya sering menjadi tidak terarah akibat dari pengaruh dalam perilaku kolektif. Ini sering kita lihat orang-orang yang melakukan protes besar-besaran terhadap suatu rezim akibat tidak memihak pada kepentingan buruh, sehingga tindakan mereka larut dalam tindakan kelompok tersebut, bahkan sering melakukan perbuatan anarkhis, sehingga menyebabkan hancurnya bangunan milik public. prilaku ini sulit sekali dikontrol, karena secara psikologi massa mempengaruhi tindakan kolektif tersebut. Tindakan sosial perilaku kolektif jelas mempunyai tujuan, sebab motif melakukannya didasari oleh kepentingan.
Kemudian perilaku kolektif yang spontan ini juga diakibatkan oleh adanya ekpresi secara berapi-api yang dilakukan aksi-aksi sosial dalam melawan kondisi yang tidak adil didalam tatanan sosial. Sehingga orang-orang tersulut juga emosionalnya untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Misalnya dalam aksi terebut bisa jadi terjadinya kebakaran, pelemparan terhadap bangunan public. ini yang harus diwaspadai setiap perilaku klektif spontan dan sporadic.
Kemudian perilaku kolektif sangat tergantung bagaimana orang lain disekitarnya. Karena orang lain disekitarnya akan secara spontan mengikuti aktivitas tersebut atau pasif, tergantung dari bagaimana memaknai suatu kejadian tersebut dan tujuannya untuk apa. Misalnya ada kerumunan di tengah-tengah kota, pasti akan muncul ketertarikan dari orang-orang. Kalau isyunya perilaku kolektif menjadi kepentingannya juga, maka dia akan segera secara spontan menjadi terdorong untuk terlibat dalam tindakan tersebut. Tetapi ada juga yang tidak terdorong dan tertarik dengan perilaku kolektif tersebut, karena sekali lagi dalam teori makna orang bertindak selalu berdasarkan motif dan pikirannya selalu menjadikan objek sentral dalam setiap mengambil tindakannya.
Selanjutnya dalam perilaku kolektif juga bisa dipahami dengan melihat bagaimana perilaku kolektif itu muncul dan kearah mana perilaku itu kecenderungannya. Sehingga perilaku kolektif itu selalu hadir atas respon suatu pernyataan atau statement dari orang atau pejabat public yang mendapat reaksi spontan. Misalnya kejadian kemaren saat demo seluruh negeri ini akibat dari omongan seorang saut situmorang oknum komisioner Korupsi Pemberantasan Korupsi. Yang mengatakan saat LKI kader HMI itu idealis semua, tetapi saat jadi pejabat korupsi dan sangat jahat. Tentu saja mendapatkan respon spontan dari para aktivis hijau hitam, dan kecenderungan perilaku kolektif tersebut adalah dengan demonstrasi untuk meminta maaf dan minta mundur dari KPK. Kemudian melaporkan kepada pihak kepolisian atas tindakan yang melanggar hokum tersebut. Kemudian perilaku kolektif para aktivis hijau hitam berdemo ke gedung KPK sehingga menyebabkan bentrok dan adanya insiden yang tidak diinginkan.
Secara sosiologis juga kita perlu menganalisis bagaimana peluang terjadinya perilaku kolektif dimasyarakat.
Pertama, bisa dilihat dari system masyarakatnya. Kalau dalam masyarakat perkotaan yang modern perilaku individu tidak lagi dikontrol norma dan nilai secara fundamental, sehingga bisa bebas untuk ikut atau tidak dalam setiap aksi-aksi dilapangan. Akan berbeda terjadi di masyarakat pedesaan, yang masih terikat dengan nilai-nilai dan norma yang fundamental. Individu masih sangat sungkan dan untuk terlibat kegaduhan dalam merespon kejadian didesa. Karena dimasyarakat pedesaan keharmonisan sosial menjadi sebuah keniscayaan yang dijaga dan dipelihara agar keseimbangan sosial terjaga dalam tatanan masyarakat.
 kedua, perilaku kolektif bisa muncul karena adanya perebutan kekuasaan dimasyarakat, baik secara ekonomi yaitu terjadinya kesenjangan ekonomi dimasyarakat. Kemudian tidak ratanya pembangunan dalam bidang ekonomi, modal ekonomi hanya dikuasai segelintir elit sehingga pertukaran sosial terjadi dikalangan kelompok kepentingannya, akibatnya muncul kelompok oposisi untuk melawan kezaliman dari penguasa yang tidak adil. Kemudian perilaku kolektif juga bisa muncul karena dominasi terhadap oknum suku tertentu dalam lahan parkir, sehingga akhirnya penyimpangan perilaku kolektif muncul secara tiba-tiba secara structural. Konflik pun terjadi akibat dari ketegangan structural antar kelompok tersebut. Kemudian perilaku kolektif juga muncul dari ketegangan struktur masyarakat dayak dengan kedatangan suku dari Madura. Yang akhirnya karena konflik yang begitu lama menyebabkan suku Madura terusir dari Kalimantan khususnya di perkampungan suku dayak.
Ketiga, berkembangnya propaganda dan agitasi didalam masyarakat, misalnya saat kerusuhan bulan mei dijakarta. Banyaknya eksodus masyarakat Tionghoa, akibat dari beredarnya isyu yang berlebihan tentang dominasi kaum tionghoa terhadap kekuasan ekonomi, Sehingga menjadi konflik structural.
Keempat, penyimpangan perilaku kolektif juga bisa muncul karena konflik antara individu dengan individu, tetapi akhirnya masuk ke dalam ranah structural. Fenomena ini sering terjadi antara kelompok suku dengan modus-modus dan penyebab yang banyak, tetapi bisa muncul perilaku kolektif karena informasi dan cerita yang berlebihan. Gara-gara berselisih seorang dari suku tertentu, beekelahi dengan oknum dari Militer, akibatnya konflik bisa meluas antara kelompok suku tertentu dengan kelompok militer. Akibat cerita yang berlebihan yang mendahuluinya, dan menjadi pemicu terjadinya penyimpangan perilaku kolektif.
          Kelima, adanya control sosial dimasyarakat bisa juga terjadinya perilaku kolektif. Tergantung apakah system sosialnya terganggu atau tidak.

No comments:

Post a Comment