Dalam
kehidupan sosial selalu sering kita lihat bagaimana system sosial mengalami
gangguan akibat dari adanya perilaku menyimpang yang disebabkan oleh kelompok-kelompok
sosial. Akibat norma-norma dalam sebuah system sosial dilanggar menyebabkan
tidak mampunya atau gagalnya berbaur dan berintegrasi dalam kesadaran kolektif dimasyarakat. Durkeim
mengatakan anomie itu terjadi akibat tidak mampu melakukan adaptasi dengan
lingkungan yang ada, sehingga tidak bisa melakukan kontribusi positif terhadap
suatu system dan akhirnya struktrur sosial terganggu.
Tujuan dari sebuah system sosial akan
terganggu akibat dari sub-sub dari system sosial tidak bisa menyesuaikan dengan
kondisi yang ada. Pembauran atau integrasi seharusnya menjadikan struktur
sosial atau kelompok-kelompok yang ada didalam tatanan sosial menjaga akan
terjadinya ketertiban sosial. Pola-pola yang harus tetap dijaga akan memberikan
kontribusi positif terhadap suatu system sosial. Karena kalau kita bisa
memahami keberadaan kita dalam suatu kelompok, menyebabkan kita gagal paham
dalam melakukan peran dan peranan dalam struktur sosial dimasyarakat. Sehingga
keberadaan kita akan menjadi perbincangan masyarakat. ini juga diakibatkan dari
kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan dalam keluarga, institusi
pendidikan serta dalam lingkungan milieu. Apalagi dalam kelompok-kelompok
sosial didalam masyarakat. hubungan antar kelompok sering kita lihat terjadinya
konflik, karena dimulai dengan dimensi sejarah dengan tidak bisa beradaptasi
terhadap kelompok yang ada. Difusi yang dilakukan dalam kelompok menjadi
penyebab tidak diterimanya kelompok tersebut, karena nilai-nilai yang diajarkan
bertentangan dengan lokalitas budaya dimasyarakat. Kemudian akulturasi dalam
suatu kelompok bisa juga menjadi penyebab harmonis dan konflik dalam kelompok
itu terjadi. Perilaku kolektif dalam struktur sosial bisa menjadi fungsional
dalam sebuah system sosial, tetapi bisa juga menjadi disfungsional dalam system
sosial akibat tidak bisa menjaga keseimbangan sosial dimasyarakat.
Perilaku kolektif berbeda dengan perilaku yang
sudah terlembaga. Perilaku kolektif adalah perilaku yang secara spontan, bahkan
sporadic hanya dalam waktu yang sebentar saja, tetapi bisa juga berkelanjutan
dalam waktu yang lama. Perilaku kolektif bisa terlihat pada saat kerusuhan
tahun 1998 yang merubah wajah Jakarta menjadi sangat menakutkan, akibat
sporadisnya perilaku kolektif didalam system sosial. Sehingga menyebabkan
terjadinya penjarahan dan pembakaran, ini jelas menyebabkan terganggunya
kehidupan sosial dimasyarakat. Disitulah kita harus bisa memahami perilaku
kolektif berbeda dengan perilaku menyimpang didalam tatanan sosial. Kalau
perilaku menyimpang cenderung dilakukan oleh individu-individu, sedangkan
perilaku kolektif dilakukan oleh kelompok secara spontan, sporadic dan bisa
berlangsung lama serta sesaat. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa
kecemasan dan ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada.
Secara teoritik perilaku kolektif yang
spontan bahkan sering sporadis menyebabkan individu kehilangan kepribadiannya,
tetapi digantikan oleh afeksional kerumunan saat itu. jadi individu menjadi
terkena virus dari orang-orang dalam kerumunan tersebut. Dalam perilaku
kolektif akan muncul secara tiba-tiba pemikiran kolektif, sehingga tindakannya
sering menjadi tidak terarah akibat dari pengaruh dalam perilaku kolektif. Ini
sering kita lihat orang-orang yang melakukan protes besar-besaran terhadap
suatu rezim akibat tidak memihak pada kepentingan buruh, sehingga tindakan
mereka larut dalam tindakan kelompok tersebut, bahkan sering melakukan
perbuatan anarkhis, sehingga menyebabkan hancurnya bangunan milik public.
prilaku ini sulit sekali dikontrol, karena secara psikologi massa mempengaruhi
tindakan kolektif tersebut. Tindakan sosial perilaku kolektif jelas mempunyai
tujuan, sebab motif melakukannya didasari oleh kepentingan.
Kemudian perilaku kolektif yang spontan
ini juga diakibatkan oleh adanya ekpresi secara berapi-api yang dilakukan
aksi-aksi sosial dalam melawan kondisi yang tidak adil didalam tatanan sosial.
Sehingga orang-orang tersulut juga emosionalnya untuk melakukan perbuatan yang
menyimpang. Misalnya dalam aksi terebut bisa jadi terjadinya kebakaran,
pelemparan terhadap bangunan public. ini yang harus diwaspadai setiap perilaku
klektif spontan dan sporadic.
Kemudian perilaku kolektif sangat
tergantung bagaimana orang lain disekitarnya. Karena orang lain disekitarnya
akan secara spontan mengikuti aktivitas tersebut atau pasif, tergantung dari
bagaimana memaknai suatu kejadian tersebut dan tujuannya untuk apa. Misalnya
ada kerumunan di tengah-tengah kota, pasti akan muncul ketertarikan dari
orang-orang. Kalau isyunya perilaku kolektif menjadi kepentingannya juga, maka
dia akan segera secara spontan menjadi terdorong untuk terlibat dalam tindakan
tersebut. Tetapi ada juga yang tidak terdorong dan tertarik dengan perilaku
kolektif tersebut, karena sekali lagi dalam teori makna orang bertindak selalu berdasarkan
motif dan pikirannya selalu menjadikan objek sentral dalam setiap mengambil
tindakannya.
Selanjutnya dalam perilaku kolektif juga
bisa dipahami dengan melihat bagaimana perilaku kolektif itu muncul dan kearah
mana perilaku itu kecenderungannya. Sehingga perilaku kolektif itu selalu hadir
atas respon suatu pernyataan atau statement dari orang atau pejabat public yang
mendapat reaksi spontan. Misalnya kejadian kemaren saat demo seluruh negeri ini
akibat dari omongan seorang saut situmorang oknum komisioner Korupsi
Pemberantasan Korupsi. Yang mengatakan saat LKI kader HMI itu idealis semua,
tetapi saat jadi pejabat korupsi dan sangat jahat. Tentu saja mendapatkan
respon spontan dari para aktivis hijau hitam, dan kecenderungan perilaku
kolektif tersebut adalah dengan demonstrasi untuk meminta maaf dan minta mundur
dari KPK. Kemudian melaporkan kepada pihak kepolisian atas tindakan yang
melanggar hokum tersebut. Kemudian perilaku kolektif para aktivis hijau hitam
berdemo ke gedung KPK sehingga menyebabkan bentrok dan adanya insiden yang
tidak diinginkan.
Secara sosiologis juga kita perlu
menganalisis bagaimana peluang terjadinya perilaku kolektif dimasyarakat.
Pertama, bisa dilihat dari system masyarakatnya. Kalau dalam
masyarakat perkotaan yang modern perilaku individu tidak lagi dikontrol norma
dan nilai secara fundamental, sehingga bisa bebas untuk ikut atau tidak dalam
setiap aksi-aksi dilapangan. Akan berbeda terjadi di masyarakat pedesaan, yang
masih terikat dengan nilai-nilai dan norma yang fundamental. Individu masih
sangat sungkan dan untuk terlibat kegaduhan dalam merespon kejadian didesa.
Karena dimasyarakat pedesaan keharmonisan sosial menjadi sebuah keniscayaan
yang dijaga dan dipelihara agar keseimbangan sosial terjaga dalam tatanan masyarakat.
kedua, perilaku kolektif bisa muncul
karena adanya perebutan kekuasaan dimasyarakat, baik secara ekonomi yaitu
terjadinya kesenjangan ekonomi dimasyarakat. Kemudian tidak ratanya pembangunan
dalam bidang ekonomi, modal ekonomi hanya dikuasai segelintir elit sehingga
pertukaran sosial terjadi dikalangan kelompok kepentingannya, akibatnya muncul
kelompok oposisi untuk melawan kezaliman dari penguasa yang tidak adil.
Kemudian perilaku kolektif juga bisa muncul karena dominasi terhadap oknum suku
tertentu dalam lahan parkir, sehingga akhirnya penyimpangan perilaku kolektif
muncul secara tiba-tiba secara structural. Konflik pun terjadi akibat dari
ketegangan structural antar kelompok tersebut. Kemudian perilaku kolektif juga
muncul dari ketegangan struktur masyarakat dayak dengan kedatangan suku dari
Madura. Yang akhirnya karena konflik yang begitu lama menyebabkan suku Madura
terusir dari Kalimantan khususnya di perkampungan suku dayak.
Ketiga,
berkembangnya propaganda dan
agitasi didalam masyarakat, misalnya saat kerusuhan bulan mei dijakarta.
Banyaknya eksodus masyarakat Tionghoa, akibat dari beredarnya isyu yang
berlebihan tentang dominasi kaum tionghoa terhadap kekuasan ekonomi, Sehingga
menjadi konflik structural.
Keempat, penyimpangan perilaku kolektif juga bisa muncul
karena konflik antara individu dengan individu, tetapi akhirnya masuk ke dalam
ranah structural. Fenomena ini sering terjadi antara kelompok suku dengan
modus-modus dan penyebab yang banyak, tetapi bisa muncul perilaku kolektif
karena informasi dan cerita yang berlebihan. Gara-gara berselisih seorang dari
suku tertentu, beekelahi dengan oknum dari Militer, akibatnya konflik bisa
meluas antara kelompok suku tertentu dengan kelompok militer. Akibat cerita
yang berlebihan yang mendahuluinya, dan menjadi pemicu terjadinya penyimpangan
perilaku kolektif.
Kelima, adanya control sosial
dimasyarakat bisa juga terjadinya perilaku kolektif. Tergantung apakah system
sosialnya terganggu atau tidak.
No comments:
Post a Comment