Saturday 27 August 2016

POSTSTRUKTURALISME KEKUASAAN EKONOMI DAN POLITIK DI MASYARAKAT KEPULAUAN OLEH: SUYITO, S.SOS, M.SI, Dosen Sosiologi Stisipol Raja Haji Tanjungpinang




          Dalam analisis poststrukturalisme tentang kekuasaan ekonomi dan politik di kepulauan ternyata masih kuatnya relasi kuasa oleh kekuasaan yang tersembunyi (hidden power) dan kekuasaan yang tidak kelihatan (invisible power). Seperti yang dicetuskan oleh Gaventa dalam teori kubus kekuasaan. Menurut Gaventa dalam Halim (2014:61) menjelaskan kekuasaan tersembunyi merupakan kekuatan yang digunakan untuk kepentingan pribadi, kekuasaan ini muncul dalam rangka untuk mempertahankan kekuasaan dan privilege dari kepentingan-kepentingan. Untuk mempertahankan kepentingan maka diciptakanlah halangan-halangan dan gangguan-gangguan yang bisa membendung partisipasi kritis rakyat. sementara itu kekuasaan yang tidak kelihatan, pada prinsipnya adalah kelanjutan dari kekuasaan tersembunyi, hanya saja keduanya memiliki sisi perbedaan. Didalam kendali kekuasaan tersembunyi, masyarakat kehilangan kesadaran karena terbius oleh nilai-nilai dan ideology penguasa. Dari uraian diatas bisa kita lihat secara realistis ternyata hidden power dan invisible power sangat besar dalam menentukan kepentingan ekonomi dan politik.
          Filsafat politik tradisional menurut michelt Foucault selalu berorientasi pada legitimasi. padahal kekuasaan bukanlah sesuatu yang dikuasai oleh negara dan selalu bisa diukur. Kekuasaan ada di mana-mana, karena kekuasaan adalah satu dimensi dari relasi. Di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan. Ujung-ujungnya para penguasa terpilih pasti punya kekuasaan dan mampu mengendalikan public, bahkan memaksa untuk supaya tertib atau consensus. Relasi kekuasaan dalam mengkolonisasi public dalam kekuasaan tersembunyi dan tidak terlihat menciderai proses demokrasi dan transparansi dalam informasi kepada public. karena kekuasaan pemimpin dalam menjajah pemikiran public dengan ide dan gagasan yang dituangkan dalam visi dan misi semakin menyihir kesadaran masyarakat untuk semakin kritis terhadap tata kelola pemerintahan.
          Akibat dari semakin kuatnya kepentingan politik dan ekonomi seorang pemimpin, public tidak diberikan kesempatan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan dengan baik dan benar. Apalagi legitimasi semakin power full dari public dalam mendukung kekuasaan, secara serta merta pengetahuan pemimpin akhirnya mengkolonisasi public untuk bisa menerima setiap argumentasi dan retorikan seorang penguasa. Padahal dibalik itu sebenarnya sedang ada transaksional politik antara penguasa dengan para elit ekonomi dan juga elit politik.
          Relasi pengetahuan dan kekuasaan ternyata memang memainkan pola strategis dalam mengelabui masyarakat untuk semakin percaya dalam proses pemerintahan yang legitimit. Apalagi dalam menganalisis adanya kekuasaan yang tersembunyi dalam pengetahuan. Dan ini sengaja dibiarkan terjadi dalam wilayah public, masyarakat semakin dibodohi dalam jargon penguasa dan elit politik. Tetapi itulah ironi demokrasi yang semakin tidak mencerdaskan public, bahkan kekuasaan yang tersembunyi dikendalikan oleh kerabatisme untuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi kepentingan pribadi penguasa. Yang paling unik terjadi dalam masyarakat modern hari ini ialah hubungan pengetahuan modern dengan kekuasaan telah melahirkan bentuk dominasi baru yaitu subjection atau penghambaan masyarakat kepada pemimpin, sehingga apa yang dijalankan oleh penguasa semuanya betul dan tidak boleh dikritik. Masyarakat harus terus diberikan motivasi untuk selalu kritis terhadap pemimpin yang tidak menjalankan mandat rakyat, sehingga demokrasi secara esensial bisa memberikan efek positif terhadap masyarakat.
          Poststrukturalisme dalam kekuasaan ekonomi didaerah telah memberikan kesempatan pada kekuasaan yang tersembunyi dalam hal bagi-bagi proyek di dalam lingkaran kelompoknya. Semuanya dikendalikan oleh orang-orang terdekat penguasa yang sudah mendapatkan wejangan politik dari penguasa. Sehingga variable kekuasaan ekonomi tidak bisa dilepas kepada public untuk dikuasai. Walaupun dalam praktik di ranah front stage atau panggung depan selalu memainkan dramaturgi politik untuk memberikan keyakinan kepada public untuk transparan dan tidak diskriminatif. Itu penyebab dari pada miskinnya masyarakat dalam pengetahuan tentang kepentingan ekonomi yang dimainkan oleh penguasa untuk memperkuat modal politiknya. Akhirnya kekuasaan tentang kepentingan ekonomi dikuasai oleh penguasa akibat tidak transparan dalam hal informasi tersebut.
          Dalam analisis selanjutnya relasi pengetahuan dan kekuasaan juga mengkolonisasi pemikiran masyarakat atau public untuk selalu fair dan objektif dalam hal menentukan eselon dua atau kepala dinas di pemerintahan.  Diskursus tentang mengedepankan objektif dan kompetensi selalu membius public untuk semakin dikuasainya panggung politik oleh penguasa, sehingga masyarakat memberikan kepercayaan penuh kepada pemimpin. Akibat pengetahuan public tentang mekanisme penentuan pemilihan pejabat dilingkaran kekuasaan tidak dibuka secara fair dan objektif, menyebabkan semakin dimanipulasi kesadaran pengetahuan masyarakat oleh penguasa. Tetapi apabila public semakin berpengetahuan dan cerdas tentang pemilihan calon pejabat dilingkaran pemerintahan, tentu saja tidak akan menerima begitu saja hasil pemilihan itu dari seorang pemimpin.
          Postkolonialisme tentang kekuasaan politik dan ekonomi memang harusnya masyarakat atau public harus tahu dan jangan mau dijajah oleh informasi apalagi diskursus tentang pemimpin yang fair dan objektif. Apalagi kepentingan ekonomi dan politik yang sangat transaksional dalam front stage atau panggung depan membuat masyarakat harus lebih kritis lagi terhadap tata kelola pemerintahan yang baik dalam jargon strukturalisme. Masyarakat sudah seharusnya cerdas dan pengalaman terhadap wajah penguasa yang selalu menipu masyarakat dengan suguhan-suguhan yang membius. Relasi pengetahuan dan kekuasaan selalu beriringan dalam setiap momentum kebijakan dengan balutan diskursus tentang mengatasnamakan masyarakat. padahal dalam sepak terjangnya siapa saja yang punya pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu hal, maka otomatis akan menguasai dalam kehidupan sosial.
          Oleh karena itulah pendidikan masyarakat sangat penting diberikan, agar tidak awam lagi tentang motif perilaku kebijakan pemerintah yang terkadang justu memihak kepada kepentingan segelintir elit ekonomi. Masyarakat yang terdidik akan menolak setiap hal yang akan merugikan kepentingan public. tetapi terkadang miris juga terjadi, apabila ada seorang terdidik yang paham tentang kebijakan ekonomi dan politik yang dibuat yang akan merugikan masyarakat tetapi diam saja. ini tidak bagus dalam kehidupan sosial, karena tidak akan memberikan pembelajaran kepada public.
          Oleh karena itulah analisis poststrukturalisme dalam kepentingan ekonomi dan politik harusnnya menyadarkan public akan bahayanya relasi pengetahuan dengan kekuasaan. Sebab semakin mandulnya kritikan public terhadap penguasa, maka semakin dikuasainya public dengan dominasi pengetahuan terhadap rakyat dengan kekuasaan angka-angka keberhasilan dalam pembangunan.

No comments:

Post a Comment