Saturday 31 December 2016

TAHUN BARU. Oleh Tito



Perayaan Tahun Baru memberikan warna yang cukup menarik tersendiri saat setiap pergantian tahun di negara ini. pergantian tahun baru masehi memang sudah berlalu dan hari ini tanggal 1 januari 2017 merupakan momentum untuk melakukan perubahan disegala bidang kehidupan terutama kehidupan masyarakat yang masih juga tersisa dan terserak dalam pinggiran kehidupan dinegeri ini. walaupun kehidupan memang punya ruang tersendiri untuk selalu berubah, tetapi himbauan dan edaran pemimpin kepada masyarakat untuk selalu hidup sederhana dan tidak berlebihan menjadi paradok yang tidak sesuai dengan realitanya.
          Tahun baru dengan wajah baru tentu saja tidak hanya slogan atau spanduk-spanduk yang bertebaran disetiap dinding public, tetapi sudah seharusnya mulai menggeser perubahan diruang public untuk meninggalkan kebiasaan usang atau lama yang terasa dan terkesan kurang bisa menyentuh dirasakan public. tahun baru memberikan energy baru kepada warga di negara ini yang selalu berdoa, ucapkan selamat kepada keluarga, kerabat, dan teman dengan harapan agar ditahun baru adanya perubahan yang nyata dan tidak lagi slogan-slogan kosong yang selalu membohongi dengan penuh spirit retorika. Tahun baru dengan harapan baru selalu didambakan oleh masyarakat atau warga yang ada dinegara ini dengan wajah baru tidak saja dihiasi dengan ornament dan meriahnya terompet serta bunyi mercon yang menghiasi tahun baru, evaluasi perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara tahun sebelumnya harus menjadi dasar untuk melakukan perubahan yang lebih baik lagi ditahun 2017 ini.
          Tahun baru 2017 disemangati dengan spirit baru oleh semua element bangsa ini, memulai arah baru pembangunan yang nyata untuk kehidupan masyarakat adalah hal yang sangat urgen atau penting oleh pemimpin dinegeri ini. optimisme warga negara dengan datangnya tahun baru mestinya direspon dengan harapan terwujudnya kehidupan yang lebih baik lagi ditahun ini. pembangunan ekonomi, politik, hukum harus segera diutamakan dengan tetap mengedepankan kepentingan umum dan tidak menyandera kepentingan public. tontonan atau dramaturgi kekuasaan dengan beragamnya retorika yang hanya membangun persepsi public harus dirubah juga dengan tindakan yang nyata dan tidak sekedar pencitraan. Semoga ada perubahan dan selamat tahun baru.


Tuesday 27 December 2016

Perbatasan Garda Terdepan Bangsa. Oleh: Suyito



Perbatasan merupakan beranda depan dari sebuah negara ini, sedianya pemimpin negeri ini mesti fokus dengan agenda yang nyata dan konkrite. Sehingga tida terkesan pencitraan atau simulasi politik yang live service saja, tetapi memang direncanakan dengan matang, dan professional sehingga tidak asal pembangunan semata. Perbatasan tidak bisa kita pungkiri dan sangat nyata berbatasan dengan negara lain, baik dibatasi dengan lautan maupun daratan. Sebagai garda terdepan sebuah negara, kebijakan pemerintah tidak bisa serta merta hanya dari sisi program pemberdayaan masyarakat tanpa menyentuh lapisan dasar masyarakat yang paling bawah.
          sebagai garda terdepan sebuah bangsa, daerah perbatasan sering kali terlihat persoalan-persoalan yang masih belum diselesaikan, misalnya illegal loging, illegal fishing dan kejahatan trafiking yang terjadi didaerah perbatasan. Penyelesaian kasus-kasus perbatasan dengan berbagai macam kejahatannya perlu segera diambil tindakan tegas dengan tetap melibatkan masyarakat setempat, sehingga terjalin hubungan sosial yang kuat antara penegak hukum dan lingkungan masyarakat. itu merupakan persoalan-persoalan secara ekternal yang sering terjadi di perbatasan yang berbasis lautan.
          Problematik yang sering terjadi dalam internal masyarakat perbatasan adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia yang menyebabkan mereka kurang mengerti dan paham tentang pendidikan bela negara. Kemudian kesejahteraan manusia juga kurang diperhatikan, sehingga wajah masyarakat diperbatasan masih juga tidak berubah dari tahun ke tahun. Masalah-masalah diperbatasan memang bukan masalah tunggal, tetapi sangat multidimensional sehingga penyelesaiannya juga secara multidimensional juga.
          Inilah tantangan yang mesti diselesaikan oleh pemerintah dengan cepat membangun sumberdaya manusia diperbatasan dengan tetap landasan sosial budaya yang tidak dikesampingkan agar identitas budaya menjadi pengikat kuat dalam membangun hubungan sosial antar individu dalam masyarakat perbatasan.
         

Monday 26 December 2016

Masyarakat Perbatasan. oleh : Suyito



Nasib daerah perbatasan masih menjadi cerita dimana-mana, ternyata membangun daerah perbatasan tidaklah mudah seperti yang kita harapkan. Padahal konsep pembangunan biasanya selalu menata yang didepan terlebih dahulu, bukan yang dibelakang. Inilah kelirunya pembangunan didaerah perbatasan, apalagi tidak menjadikan budaya dan kearifan local masyarakat sebagai dasar dalam membangun pondasi perbatasan. Kita selalu melihat pembangunan didaerah perbatasan selalu dihiasi dengan pembangunan fisik dan ekonomi yang sangat dominan, tetapi melupakan relasi sosial atau modal sosial yang menjadi perekat yang cukup lama dimasyarakat perbatasan. Tidak ada salahnya juga yang dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan fisik dan pembangunan ekonomi, tetapi akan sampai kapan masyarakat perbatasan menjadi ketergantungan terhadap pembangunan itu, memberikan kemandirian masyarakat menjadi suatu keharusan diperbatasan agar pola kebiasaan dikehidupan mereka ditingkatkan dengan strategi pemberdayaan masyarakat berbasis local naratif.
          Tentu saja strategi dimasyarakat perbatasan tidak sama dimasyarakat perkotaan. Masyarakat perbatasan yang kaya akan budaya dan berbagai macam norma-norma sosial yang melekat tidak bisa dimarginalkan dan digantikan dengan program-program yang menjadikan masyarakat perbatasan menjadi asing didaerahnya sendiri. Ini mestinya tetap dipikirkan oleh pemimpin didaerah perbatasan, karena pemimpin didaerah tidak saja ada dan eksistensi tetapi juga selalu hadir dengan program-program kesejahteraan masyarakat perbatasan dengan tetap memperhatikan pola-pola ekonomi yang sudah lama berkembang dimasyarakat. secara sosiologis banyak sekali yang bisa dianalisa tentang masyarakat perbatasan. Bisa dimulai dengan bagaimana keluarga dimasyarakat perbatasan, politik masyarakat perbatasan, ekonomi masyarakat perbatasan, gender dimasyarakat perbatasan, stratifikasi dimasyarakat perbatasan, modal sosial dimasyarakat perbatasan, hukum dimasyarakat perbatasan dan lain-lain.
          Berbicara tentang perbatasan didaerah tentu saja kita bisa melihat kondisi yang dibatasi dengan lautan dan daratan dengan negara tetangga. Kemudian kalau kita lihat daerah perbatasan ada yang mempunyai potensi keunggulan  seperti Sumber Daya Alam yang melimpah dan juga banyaknya hasil tangkapan ikan oleh para nelayan yang tinggal didaerah perbatasan lautan. Seperti didaerah Natuna yang kaya akan sumber daya alamnya, sebut saja Gas yang sangat melimpah dan membuat negara lain menjadi iri dengan negara Indonesia. sudah seharusnyalah kondisi daerah perbatasan yang kaya akan SDA tersebut berimplikasi terhadap semakin sejahteranya masyarakat.
          Problematika masyarakat perbatasan dengan masih tingginya pola ketergantungan antara nelayan dengan toke atau pemodal bukan hal yang baru terjadi dimasyarakat nelayan di daerah perbatasan, tetapi memang sudah menjadi ikatan-ikatan sosial yang cukup lama, sehingga perlu strategi pemerintah dengan cara-cara yang tidak instan, tetapi lebih memberikan pemahaman yang mencerahkan sehingga bisa berhasil dan merubah wajah masyarakat nelayan diperbatasan.
          Elemen masyarakat perbatasan harus menjadi penguat negara kesatuan republic Indonesia, karena perbatasan tidak bisa hanya diperkuat oleh kekuatan militer semata. Sudah seharusnyalah penguasa merubah cara pandang yang lebih humanis dan tidak memarginalkan masyarakat local. Karena aset sosial masyarakat local yang sudah begitu lama tinggal di masyarakat perbatasan tidak boleh dikesampingkan hanya demi program yang sifatnya mercusuar. Secara postkolonialisme warisan rezim orde baru memang masih begitu ketara dengan diperkuatnya perbatasan dengan pembangunan militer yang kuat. Seharusnya penguasa melihatnya terbalik dengan cara memperkuat perbatasan dengan nilai-nilai, norma dan diperkuatnya budaya local. Karena sudah terbukti nyata masyarakat perbatasan masih eksis dengan kebiasaan-kebiasaan dan menjadi perekat dalam memperkuat ketahanan diperbatasan.
         
         

Saturday 24 December 2016

TATANAN MASYARARAKAT MULTIKULTURALISME OLEH: SUYITO



Masyarakat indonesia merupakan kumpulan-kumpulan yang terdiri dari berbagai macam-macam suku, agama dan kelompok. Itu merupakan suatu keniscayaan dari komitmen dari founding father kita sehingga negara ini tetap eksis sampai hari ini. tarik menarik kepentingan politik pragmatis memang merupakan sebuah problematic yang sangat menghiasi perjalanan bangsa ini. tetapi kita harus bisa tetap fokus dalam menjalankan agenda bangsa ini.
pemimpin negara ini harus tetap komitmen dan konsisten dengan ideology pancasila sebagai dasar negara ini, sehingga tidak terombang-ambing dalam menghadapi gempuran-gempuran ideology dari luar bangsa ini yang sengaja ingin mengaburkannya, dan berusaha mencangkokkan kepentingan-kepentingan yang berakibat pada retak dan rapuhnya pondasi bangsa ini. bangsa ini didirikan dengan semangat nasionalisme dan patriotism yang tinggi oleh para pejuang kemerdekaan tanpa memandang ras, suku, kelompok dan golongan. Kita sebagai generasi penikmat sudah sepatutnyalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini dengan tetap toleransi dan membuang jauh-jauh sikap intoleransi sebagai gejala rusaknya sendi-sendi dasar bangsa ini.
          Sebagai sebuah bangsa yang sudah berumur 71 tahun dalam mempertahankan keutuhan persatuan dan kesatuan warga negara yang terkotak-kotak primordialisme sepantasnya semakin mampu menyelesaikan kerikil-kerikil masalah yang terkadang para anak bangsa yang berbeda-beda sering kali memicu konflik yang menyebabkan terjadinya aksi main hakim sendiri oleh kelompok-kelompok yang disulut dengan dendam dan ditunggangi kepentingan politik. Negara ini tidak boleh kalah dengan kelompok yang selalu ingin memecah persatuan dan kesatuan bangsa ini. dengan tetap fokus bagaimana menata perekonomian negara ini sehingga bisa mensejahterakan rakyatnya. Prinsip Multikulturalisme tetap harus dijadikan pondasi pembangunan pemerintah pusat sehingga tetap menjaga kepentingan nasional dan integrasi bangsa ini. prinsip Multikulturalisme diabaikan oleh para penguasa orde baru saat itu dalam membangun prioritas perekonomian, dengan menjadikan fundamentalisme ekonomi sebagai satu-satunya yang harus dipenuhi dan memarginalkan non ekonomi. Prinsip multikulturalisme sebagai sebuah tatanan bangsa ini akhirnya ditabrak oleh penguasa saat itu  dengan politik dan ekonomi yang tidak toleransi terhadap kearifan local yang tumbuh dan berkembang dalam menjaga keutuhan masyarakat dan budayanya.
          Setidaknya terdapat dua garis vertical menurut Prof Irwan Abdullah guru besar antropologi Universitas Gajah Mada, yaitu suatu upaya membangun multicultural dengan berdasarkan kesepakatan negara dan warganya. Prinsip desentralisasi merupakan pintu gerbang yang baik dalam membangun pola multicultural dalam prinsip vertical ini. model pembangunan kita saat ini sudah bergeser ke daerah, sehingga prinsip multikulturalisme akan semakin menjadi sebuah pola yang akan menggantikan prinsip-prinsip politik sentralistis yang dianggap gagal dalam menjaga integritas bangsa ini. ide Multikulturalisme akan menjadikan pembangunan ekonomi semakin fleksibel, karena pembangunan ekonomi tidak sentralistik ditangan pusat lagi, tetapi sudah daerah yang menentukan.
          Pergeseran paradigm pembangunan kedaerah dengan tatanan multikulturalisme akan semakin memberikan ruang gerak dan partisipasi masyarakat didaerah untuk semakin peduli terhadap kemajuan didaerah, tetapi sebaliknya implikasi yang terjadi akan menjadi mimpi belaka apabila proses pembangunan tidak dibuka seluas-luasnya dalam konteks pluralitas budaya.

Tuesday 29 November 2016

KAMPANYE OLEH: Suyito,M.Si



Lorong kebisingan setiap adanya pilkada selalu selalu menjadi panggung politik yang sangat ramai dan menjadi tontonan menarik bagi masyarakat. penuh intrik, propaganda dan agitasi politik, saling serang antar loyalis masing kandidat baik di media massa maupun dimedia sosial yang luar biasa cepatnya. Dramatisasi gagasan menjadi panggung depan politik para actor-aktor politik yang selalu melakukan pencitraan politik demi merebut suara masyarakat. kemudian yang tak kalah hebatnya adalah para actor tersebut berani melakukan kampanye dengan janji-janji bombastis kepada masyarakat, tanpa berpikir setelah terpilih nanti, apakah akan bisa mewujudkan kenyataannya. Mirip drama dengan banyak lakon yang dimainkan, pergi kepasar-pasar melakukan simulasi politik dengan menyapa para pedagang-pedagang yang ada dipasar, kemudian turun kedaerah-daerah kumuh, demi untuk meyakinkan audiens tentang keseriusannya apabila terpilih nanti.
          Hakekat dari kampanye adalah bagaimana para actor memainkan komunikasi politiknya pada audiens dipanggung depan, agar khalayak bisa dipengaruhi dan persepsi public dibatasi dengan janji-janji politik yang merupakan efek citra dari kuasa tersebut. Dalam kontek pilkada tentu saja pesan dalam kampanye harus bisa disampaikan dengan jelas dan bisa menyentuh lapisan paling bawah masyarakat, kalau ingin dipilih oleh kalangan masyarakat bawah. Membangun isu-isu politik dengan keberpihakan terhadap masyarakat kecil merupakan pesan politik yang harus dikonstruksi didalam media juga. Kemudian pesan juga harus dikontruksi kepada kelompok politik yang lain, yang punya kepentingan terhadap pilkada ini, misalnya kelompok pengusaha, mahasiswa, seni dan lain sebagainya.
          Membangun persepsi masyarakat dengan dibatasi oleh beragam media adalah salah satu bentuk kampanye juga, tetapi selain itu dibutuhkan track record yang nyata dalam aksi-aksi dalam pembelaan terhadap public, dengan dibuktikan pada dimensi-dimensi sejarah yang tidak menyakiti public sebelumnya, sehingga tidak membuat masyarakat bimbang untuk memilih selanjutnya. Tetapi posisi actor atau para calon gubernur juga harus bisa melakukan realisasi yang nyata terhadap program-program dan proyeksi yang akan dibuatnya jika terpilih nantinya, paling tidak bisa mengungguli calon petahana yang memang pernah melakukan kerja politik. Membangun image kepemimpinan dengan tidak arogan, santun, tidak emosional juga harus bisa ditunjukkan kepada khalayk public, sehingga membuat masyarakat nyaman dengan sepak terjangnya jika terpilih nanti.
          Selanjutnya setiap pasangan kandidat harus membangun kelebihan-kelebihannya dan kualitas pribadinya agar bisa meyakinkan kepada khalayak public. tetapi secara sosiologi komunikasi juga harus bisa memahami kondisi struktur masyarakatnya, artinya siapa segmen pemilihnya, jangan sampai salah menempatkan diri sebagai calon pemimpin. Karena kalau tidak memahami konsumen politiknya tentu saja pasti akan tidak sampai pesan-pesan politik tersebut.
          Kampanye yang berkualitas tidak hanya mengandalkan retorika yang bombastis dan charisma yang dibuat-dibuat oleh media massa, tetapi setiap kandidat harus punya kompetensi dan kemampuan dalam problem solving yang dihadapi oleh masyarakat. karena sering kita lihat para kandidat hanya bisa beretorika dan karisma seorang pemimpin, tetapi sangat miskin dalam pengalamannya menyelesaikan persoalan-persoalan dimasyarakat.
          Akhirnya kampanye harus semakin berkualitas yang dilakukan oleh para kandidat, dengan menyentuh pada persoalan-persoalan substansial dimasyarakat, agar bisa memenangkan pertarungan dalam demokrasi electoral nantinya. Semoga..