Didalam
kehidupan sosial masyarakat tentu yang diharapkan semua individu-individu ikut
tertib menjaga keseimbangan sosial. Dengan cara berjalan diatas norma-norma
yang telah disepakati oleh semua system sosial dimasyarakat. Sehingga tujuan
bermasyarakat terjalin hubungan harmonis. Apalagi setiap individu harus selalu
beradaftasi menjaga hubungan di dalam msyarakat, sehingga bisa kontribusi dalam
menjaga keseimbangan sosial. Sehingga system sosial secara makro tidak
terganggu. Tetapi tidak selamanya seperti itu, karena tetap saja dalam system sosial
ada saja ketidakseragaman nilai-nilai terjadi. Akibat gagal dalam memahami
nilai-nilai sosialisasi, institusionalisasi dan internalisasi.
Munculnya perilaku menyimpang didalam
masyarakat, akibat tidak bisa menerima nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. Sehingga
memunculkan terjadinya anomi sosial dimasyarakat. Anomi ini terjadi akibat
gagalnya melakukan pembauran atau integrasi dimasyarakat dan membangun kesadaran
kolektif dimasyarakat. Anomi ini kalau dibiarkan akan menyebabkan terjadinya
perilaku menyimpang dari anggota masyarakat. Disinilah perlunya control sosial
agar bisa tetap dijaga ketertiban sosial didalam tatanan sosial.
Disinilah kita akan mengkaji secara
lebih mendalam tentang perilaku menyimpang dalam tatanan sosial. Diatas tadi
udah diulas sedikit bahwa terjadinya perilaku menyimpang akibat individu dalam
tatanan struktur sosial tidak bisa melakukan adaftasi dengan masyarakat. Sehingga
tujuan integrasi dan kesadaran kelompok terganggu. Perilaku menyimpang terjadi
dimasyarakat apabila individu yang melakukannya tidak pernah dilakukan oleh
masyarakat dan menjadi kebiasaan dimasyarakat. Misalnya prostitusi, perjudian,
penggunaan narkoba dan lain-lain. Penyimpangan yang dilakukan oleh mereka
disebabkan karena mereka melanggar kebiasaan positif dimasyarakat. Dan kebiasaan
negative yang dipraktekkan oleh individu tersebut akan direspon tidak baik oleh
public. tetapi secara positif para individu yang mempraktekkan cara-cara negative
justru dikalangan antar kelompok mereka akan menjadi identitas tersendiri bagi
mereka. Itulah yang terjadi saat ini.
Disfungsional Perilaku menyimpang didalam
system sosial, akibat gagal menerima norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.
Tetapi system sosial akan bisa menerima perilaku menyimpang apabila tidak
mengganggu stabilitas sosial didalam struktur sosial. Patologi sosial juga dapat
mengganggu status quo dari norma-norma yang berlaku dalam tatanan sosial. Sehingga
akan mengganggu kehidupan sosial dimasyarakat, karena ketegangan-ketegangan
akan terjadi diantara individu dalam tatanan sosial. Misalnya orang-orang yang
suka mabuk-mabukan yang dilakukan oleh orang yang sudah berkeluarga. Tentu saja
akan merugikan keluarga, anak dan keharmonisan rumah tangga. Kemudian keberlangsungan
keluarga akan terganggu apabila seorang ayah sudah candu minum-minuman keras
atau perjudian. Konsekuensi terjadi dalam sub-sub system dalam system sosial. Dalam sub keluarga akan
terganggu apabila perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, perjudian
dilakukan oleh orang tuanya. Kemudian sub system masyarakat juga akan
memberikan sanksi terhadap para penjudi karena merusak tatanan sosial dan
ketertiban sosial. Jadi system sosial akan terganggu fungsionalnya akibat
adanya perilaku menyimpang di masyarakat.
Secar positif fungsi perilaku
menyimpang adalah memberikan kekuatan kepada kelompok masyarakat untuk bisa
mengidentifikasikan bahwa itu merupakan kelompok menyimpang, sehingga kita bisa
menjaga jarak bahwa kita berada dalam perilaku positif dan mereka dalam
kelompok yang menyimpang. Kemudian dengan adanya kelompok perilaku meyimpang
akan membuat integrasi atau pembauran dan kesadaran kolektif antar
kelompok-kelompok berperilaku tidak menyimpang semakin kuat dan gemeinschaft
serta kohesif. Kemudian perilaku menyimpang dimasyarakat juga diakibatkan dari
tidak adanya kesempatan-kesempatan atau peluang dalam bekerja. Kalau seandainya
itu akibat terjadinya penyimpangan tentu saja pemerintah harus bisa membuka
peluang kerja. Sehingga bisa memperkecil terjadinya penyimpangan perilaku
dimasyarakat. Kemudian perilaku menyimpang terjadi dimasyarakat juga
diakibatkan oleh kemiskinan, sehingga peran pemerintah untuk memotong akar
kemiskinan dimasyarakat, supaya bisa mengurangi perilaku tersebut.
Secara sosiologi perilaku menyimpang
dan tidak menyimpang adalah akibat dari sosialisasi, institusionalisasi dan
internalisasi dalam kondisi sosial dimasyarakat. Seseorang berperilaku
menyimpang atau tidak menyimpang adalah bagaimana sosialisasi dilingkungan
keluarga, pendidikan, masyarakat itu sama dalam menerapkan pembiasaan-pembiasan
dan secara internalisasi karena sudah sering dilakukan oleh semua masyarakat
akhirnya menjadi darah daging dalam kehidupan individu dalam tatanan sosial. Perilaku
penyimpang juga demikian factor sosialisasi terjadi didalam kelompok-kelompok
tersebut. Menurut Durkheim, konsep anomie menjadi landasan dalam melihat persfektif perilaku menyimpang
dalam persfektif fungsional.
Sementara itu kalau kita lihat
secara transmisi budaya, secara teoritik menurut Sutherland mengatakan bahwa
individu menjadi menyimpang karena ikut berpartisipasi dalam suatu lingkungan
dimana tehnik dan perilaku menyimpang ditunjukkan secara jelas. Jadi disambung
dengan teori belajar sosial, seseorang menjadi perilaku menyimpang apabila ikut
bergabung dalam organisasi atau kelompok yang menyimpang. Kemudian dalam
kelompok tersebut actor menjadi menyimpang karena belajar didalam kelompok
tersebut. Jadi ternyata lingkungan sangat kuat menjadi penyumbang perilaku
menyimpang individu.
Kemudian
secara teoritik teori belajar sosial ini mengatakan kelompok ternyata bisa juga
berkontribusi menyebabkan orang berperilaku menyimpang atau tidak, karena alih
budaya menyebabkan orang-orang didalam kelompok menjadi mengikuti kebiasaan
sosial, sehingga perilaku individu menjadi terkontaminasi dengan perilaku
positif dan negative kelompok. Misalnya memasukkan orang kepenjara justru akan
menjadikan orang menjadi jahat, kalau konsep dessosialissi tidak bisa
menghilangkan nilai-nilai atau kebiasaan menyimpang dalam penjara. Digabungkannya
orang dipenjara dengan penjahat lainnya akan menjadi jahat, kalau tidak ada
pembinaan dilakukan terhadap para narapidana tersebut, untuk bisa keluar dari
penjara dan mampu bersosialisasi kembali dimasyarakat.
Sementara itu perilaku menyimpang
juga bisa dianalisis dengan persfektif konflik, yaitu kekuasaan yang didominasi
oleh para kapitalis menyebabkan kelompok lain menjadi termiskinkan secara structural,
disitulah terjadinya bentuk perlawanan terhadap bentuk ketidakadilan penguasa
yang didukung oleh kelas kapitalis. Kemudian masyarakat kapitalis
sewenang-wenang dalam menguasai sumber-sumber ekonomi didaerah, karena didukung
oleh penguasa yang juga bagian dari kapitalis tentunya. Disinilah terjadinya
penyimpangan perilaku akibat diberikan kesempatan oleh penguasa yang tidak
tersentuh oleh hokum. Mark-up dilakukan oleh kelompok penguasa untuk memperkaya
dan bisa jadi untuk mengumpulkan modal politik agar bisa kembali maju sebagai
penguasa. Setelah jadi penguasa kembali lagi sebagai patron politik tetap
mempertahankan kebiasaan untuk berkolaborasi terhadap elit ekonomi didaerah,
dalam rangka untuk mengangkangi sumber daya ekonomi didaerah.
Selanjutnya perilaku menyimpang juga
bisa didalami dengan persfektif labelling, persfektif ini melihat bahwa
perilaku menyimpang merupakan produk dari pemahaman yang dikeluarkan oleh suatu
kelompok. Perilaku menyimpang ini beranjak dari pemikiran interaksionis
simbolik didalam masyarakat. Jadi menyimpang atau tidak menyimpang tindakan
seseorang itu diberikan oleh label oleh sebuah kelompok sosial. Sehingga dampak
dari pemberian tersebut akan membuat sipelaku menjadi menyimpang sebenarnya. Misalnya
mantan residivis atau bromocorah yang sudah tobat saat dipenjara, kemudian
mendapatkan remisi dilembaga pemasyarakatan, sehingga kembali kemasyarakat. Saat
narapidana kembali ke dunia sosial untuk mencari pekerjaan, karena untuk tetap
melangsungkan kehidupan sosialnya, tetapi dia ditolak oleh karena pernah
dipenjara. Akhirnya seseorang itu akan putus asa, menyebabkan kembali lagi
kedalam dunia menyimpang lagi. Kesimpulannya awalnya penyimpangan primer dalam
masyarakat terjadi, tetapi sifatnya hanya sementara, saat diberikan labelling oleh
lingkungan saat berinteraksi sosial, akhirnya menjadi perilaku menyimpang
sekunder. Karena diulang secara terus-menerus oleh orang-orang yang melakukan
penyimpangan.
No comments:
Post a Comment