Menilai seorang pemimpin memang bukan
pekerjaan mudah, apalagi dalam memimpin sebuah kekuasaan. karena masyarakat akan menilai, apakah mandat yang diberikan oleh public sudah dijalankan
dengan penuh tanggungjawab dan lurus untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat
yang dipimpinnya. Tanggung jawab tidak hanya diucapkan dalam sumpah jabatan
saat menerima mandat tersebut, tetapi harus penuh konsekuen dan tidak mudah
mengobral janji kepada masyarakat. sebab zaman sekarang ini banyak sekali
pemimpin yang hanya pandai berjanji kepada rakyatnya, tetapi sangat kurang
untuk memenuhi janji tersebut. Kalau dalam persfektif sosiologi hanya pandai
bermain di panggung depan atau front stage, Atau seperti lagunya Ahmad Albar
Panggung sandiwara.
Menurut John C Maxwell inti dalam
kepemimpinan ada tiga yaitu karakter, komitmen dan kemampuan komunikasi.
Sementara itu dalam persfektip islam Rosululloh saw telah mewariskan
sifat-sifat seorang pemimpin yang Siddiq, Amanah Tabligh dan Fathonah.
Dalam
persfektif Maxwell yang pertama adalah tentang Karakter dari seorang pemimpin
bisa dilihat dari bicaranya dan perbuatannya dimasyarakat. kalau kata Bung
Karno harus satu kata satu perbuatan. Kemudian seorang pemimpin dalam berbicara
apakah selalu menyejukkan rakyatnya, sehingga masyarakat semakin merasa puas
dengan pemimpinnya. Karakter dari seorang pemimpin yang hanya pandai mengumbar
janji, akan tidak popular dikalangan public. apalagi hanya mengandalkan
pencitraan dengan angka-angka pembangunan fisik tetapi miskin pemerataan
kesejahteraan di masyarakat. kemudian pemimpin yang baik harus berani mengambil
keputusan dengan tepat dan kalau salah dalam keputusannya tidak akan selalu
menyalahkan anak buahnya. Karena itulah karakter seorang pemimpin yang mampu
bertanggungjawab, bukan menyalahkan bawahannya didepan public. karena
masyarakat memilih pemimpin, bukan memilih bawahan pemimpin. Jika pemimpin yang
diberikan mandat salah dalam memilih bawahannya tentu saja yang salah
pemimpinnya.
Selanjutnya
juga seorang pemimpin harus komitmen yang
ditandai dengan konsistensi dalam bekerja untuk rakyat. seorang pemimpin
harus konsistensi menanggalkan baju-baju kepentingan partai, demi untuk bekerja
mengabdi kepada masyarakat. Agus Salim mengatakan seorang pemimpin harus
menderita memikirkan terlebih dahulu kepentingan masyarakat, dari pada
kepentingan pribadi dan golongan. Soerang pemimpin harus juga konsisten
menyelesaikan masalah-masalah dimasyarakat dan memberikan solusinya, karena
pemimpin merupakan pelayan dari pada masyarakat. sehingga komitmen pemimpin
untuk memakmurkan masyarakat bisa terwujud di dalam masyarakat. jangan sampai
sebaliknya komitmen hanya mudah di ucapkan saat sebelum menjadi penguasa,
tetapi setelah menjabat lupa akan tanggungjawab seorang pemimpin.
Seorang
pemimpin harus mampu komitmen dan konsistensi memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam segala bidang kehidupan. Karena itu merupakan amanah dan beban moral yang
dipikul seorang pemimpin dalam tugas dan fungsinya. Adaptasi terhadap kebutuhan
masyarakat jangan sampai tidak mendalam, karena akan tidak mampu mendalami
masalah yang riel terjadi didalam masyarakat. karena tujuan komitmen dan
konsistensi dalam pemenuhan kebutuhan ini adalah untuk menjaga kesimbangan dan
harmoni juga ketertiban dimasyarakat. sehingga akan terjadi integrasi atau
pembauran dimasyarakat tanpa adanya konflik yang mengganggu system sosial. Pola
komitmen dan konsisten ini perlu dijaga dan dipelihara secara kontinyu dan
terus-menerus.
Selanjutnya
dalam kemampuan komunikasi seorang pemimpim dinilai dari kemampuan menyesuaikan
dengan masyarakat yang dipimpinnya. Karena tidak semua masyarakat yang paham
akan agenda besar perubahan seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus merakyat
dan selalu mengajak public berbicara dan selalu meminta evaluasi terhadap
kepemimpinannya. Sehingga pemimpin seperti itu akan selalu menjadikan
komunikasi yang efektif dan evaluative dalam setiap kebijakannya. Tujuannya
adalah untuk tetap menjaga soliditas dengan masyarakat dan tidak ada jarak
seorang pemimpin dengan rakyatnya. Dan juga bisa menyerap aspirasi apa saja
yamg kurang dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang merakyat dan tidak ada jarak
akan lebih mampu berintegrasi atau berbaur, sehingga proses komunikasi semakin
dua arah dan tidak ada celah untuk menjadi pemimpin yang elitis dan oligharkis.
Pola –pola komunikasi yang efektif tetap hrus dijaga dalam membangun
kepemimpinannya, sehingga bisa memberikan efekk positif terhadap rakyat. jangan
sampai sebaliknya masyarakat akan menilai negative terhadap gaya kepemimpinan
yang cenderung tidak merakyat dan jauh dari rakyat.
Menilai
pemimpin dengan tiga instrument Maxwell yang terdiri dari karakter pemimpin,
komitmen dan konsisten dalam bersikap dan kemampuan berkomunikasi harus juga di
kolaborasi dengan sudut pandang atau persfektif islam yaitu pemimpin yang
sidiq, fatonah, tablig dan amanah. Sidiq artinya benar dan terpercaya dalam
setiap ucapannya. Tidak split personality atau mempunyai kepribadian terpecah,
dalam setiap memimpin. Kemudian amanah selalu bisa dipercayai dalam mengembang mandat
yang diberikan oleh rakyat. seorang pemimpin yang tidak amanah atau bertanggung
jawab dalam kepemimpinannya, tentu saja akan diminta pertanggungjawabannya oleh
rakyat. kemudian sifat nabi juga ada Tablig yaitu selalu menyampaikan kebenaran
kepada rakyat. tidak menyembunyikan kebenaran, apalagi berbohong. Harusnya disitulah
seorang pemimpin tidak saja pencitraan
yang bersembunyi dalam jubah-jubah
kesucian, tetapi miskin berbuat untuk masyarakat. seharusnya pemimpin
sportifitas dan jujur kepada masyarakat kalau dalam memimpin ada yang tidak
bisa dipenuhi dalam mengembang tanggung jawab dimasyarakat. pemimpin harus bisa
mengembangkan budaya malu dan perasaan bersalah jika dalam kepemimpinannya
tidak berhasil dimasyarakat.
Selanjutnya
fathonah atau bijaksana juga karakter sifat nabi yang wajib diteladani oleh
seorang pemimpin hari ini. karena itu bijaksana atau adil harus dijadikan
pondasi atau dasar dalam setiap kepemimpinan. Karena seorang pemimpin tidak
boleh melakukan diskriminatif terhadap rakyatnya. Tidak boleh ada kebencian terhadap suatu kaum atau golongan dalam
memimpin, karena justru akan memberikan persepsi negative terhadap pemimpin
tersebut.
Jadilah pemimpin yang mempunyai
karakter yang kuat, mumpuni, terpercaya dan tidak berbohong. Karena satu kali
aja berbohong masyarakat tidak akan percaya lagi dalam setiap kepemimpinannya. Jadilah
pemimpin yang jujur dan bertanggungjawab dalam setiap memimpin. Apabila salah
akuilah kesalahannya dengan penuh perasaan bersalah dan sportif, tidak
menyembunyikan kepalsuannya. Karena pemimpin tidak boleh hanya mengandalkan
citra politiknya. Karena citra politik hanyalah sampah yang mewarnai public dan
miskin berbuat. Kita tidak ingin pemimpin seperti itu, jadilah pemimpin yang
sebenarnya alias tidak munafik dan menipu. Bijaksana dalam membuat kebijakan public,
karena harus sadar bahwa rakyatlah yang telah memberikan mandat, sehingga harus
mengutamakan kaca mata public dalam setiap memimpin. Jangan menjadi pemimpin
yang kering dari nilai-nilai agama, karena akan menjadi pemimpin yang tega dan
tidak responsibility terhadap penderitaan masyarakat. jadilah pemimpin yang
peka terhadap masyarakat dan tidak absen ditengah-tengah masyarakat.
No comments:
Post a Comment