Kegagalan
masyarakat melakukan integrasi sosial dan kesadaran kolektif didalam system
sosial adalah merupakan suatu bentuk anomi menurut Durkheim seorang sosiolog
berkebangsaan perancis yang terkenal dengan teorinya solidaritas mekanis dan
organis. Kegagalan itu sendiri disebabkan tidak bisa menerima nilai-nilai
toleransi diantara masyarakat. didalam masyarakat Indonesia yang majemuk tentu
saja bisa membuat negara ini menjadi sarang konflik yang begitu besar. Karena
konflik terjadi akibat tidak bisa membangun spirit toleransi antar sesama
masyarakat yang berbeda-beda. Indonesia adalah negara besar dengan beragam
suku, agama, adat istiadat dan bahasa. Bahasa Indonesia dengan bahasa persatuan
tentu saja secara harmonisasi bisa merajut kesatuan diantara sesama masyarakat.
tetapi tentu saja yang harus diwaspadai adalah banyaknya masalah-masalah
dilapangan terjadi akibat pemerintah tidak mampu memperkecil ruang kesenjangan
antara orang kaya dan orang miskin. Karena kesenjangan sosial juga merupakan salah
satu variable dari sekian variable yang
lain. Untuk itulah pemerintah harus mampu menciptakan suatu kondisi
perekonomian yang stabil dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin sehat dan
membawa akibat pada pemerataan.
Pemerintah
harus mampu memberantas monopoli ekonomi didaerah juga sebagai salah satu
factor terjadinya kesenjangan ekonomi didaerah. peran organisasi kedaerahan
juga bisa membendung terjadinya konflik antar pemeluk yang berlainan keyakinan.
Karena organisasi seperti forum komunikasi antar umat beragama harus mampu
meredam terjadinya konflik yang berkepanjangan akibat hanya letupan-letupan
konflik yang mengapung. Pemicu konflik sering kali hanyalah persoalan-persoalan
kecil saja, tetapi anatomi konflik yang terjadi dilevel bawah tanah sudah
begitu semacam spiral yang hanya tunggu pemicu saja untuk meledak. Spiral
kekerasan tidak saja hanya terjadi karena benturan fisik semata, tetapi
kekerasan juga bisa diakibatkan oleh kekerasan psikologis, fisik dan kekerasan
lainnya. Gejala perkembangan kekerasan mengatasnamakan suku, agama, kelompok
dan yang lainnya sudah menjadi sejarah masa kelam dan harus mampu belajar
meredam konflik tersebut, bahkan terbentuknya forum-forum pembauran adalah
upaya untuk membendung terjadinya diskriminatif yang berlebihan dikalangan masyarakat.
merajut toleransi sosial merupakan hal yang harus dikembangkan oleh setiap
masyarakat yang hidup dalam wilayah negara kesatuan ini, karena kalau tidak dibangun
dan dirajut antar sesama masyarakat justru akan mengalami petaka sosial yang
berujung konflik dan ini tidak terhindarkan dalam system sosial. Di Indonesia
kecenderungan untuk terjadinya konflik diantara pemeluk beragama ibarat bara
api yang sewaktu-waktu bisa meledak dan cepat menyebar kemana-mana. terkadang
konflik dalam masyarakat itu terjadinya benturan antara kepentingan individu
dengan individu, saling mengejek dan memaki sehingga menjadi besar karena
adanya provokator yang menjadi penyebabnya. Benturan kepentingan juga bisa
terjadi karena adanya persaingan ekonomi antara individu dengan individu
sehingga menyebabkan ada kecemburuan sosial yang berakibat adanya konflik.
Konflik sosial juga terjadi dimasyarakat juga disebabkan karena perebutan
kekuasaan dalam masyarakat. dominasi kekuasaan ekonomi yang selalu timpang
akibat dikuasainya oleh kelompok tertentu menyebabkan munculnya reaksi-reaksi kecil
awalnya. Modal ekonomi masyarakat dikuasai oleh segelintir elit ekonomi dan
sering terlihat adanya kawin kepentingan dengan elit penguasa juga menjadi
terbangunnya diskriminatif itu. perbedaan distribusi kekuasaan ekonomi ditangan
segelintir elit bisa mengakibatkan kemiskinan structural dimasyarakat.
kemiskinan ini karena struktur yang memiskinkan masyarakat. untuk itulah
pemerintah harus bisa mengontrol dikalangan masyarakat, bagaimana bisa mengurangi
eskalasi konflik di akar rumput. Sebab eskalasi konflik semakin meluas karena
banyak sebab, muncul secara individual dan akhirnya perilaku kolektif terbangun
akibat tidak bisa menelaah secara sehat dan objektif.
Perilaku
kolektif yang tidak toleransi dengan menyerang secara membabi buta sehingga
mengakibatkan dua vihara dan lima kelenteng hangus terbakar, seharusnya bisa
dicegah seandainya pihak intelijen didaerah cepat sigap membendung konflik itu
terjadi. Ini sebabnya tidak bisa dibenarkan oleh kaca mata apapun. Jangan
sampai hanya karena masalah kecil tetapi merembet ke masalah besar. Ingat
kata-kata Buya Safii Ma’arif kalau kita mayoritas tidak bisa menunjukkan ahlak
dan keteladanan sosial dalam bangsa ini, berarti kita gagal secara mayoritas mewarnai
bangsa ini. perilaku intoleransi ini harus segera diredam oleh para aparat
dilapangan dengan cara menangkap dan mengadili secara hukum. Karena tidak ada
agama manapun yang memberikan ajaran tentang bakar-membakar tempat ibadah.
Jangan sampai masyarakat lain menjadi terpancing dengan adanya konflik
tersebut. Karena justru akan membuat kita menjadi lemah dan semakin gagal
melakukan pembauran atau integrasi sosial. Disinilah seninya bangsa ini
mengelola integrasi sosial dengan berdasarkan pancasila , bhenika tunggal ika.
Riak-riak kecil terjadi akibat juga gagalnya menghayati nilai-nilai pancasila
dan Bhenika tunggal ika. Kemudian peran tokoh agama juga harus bisa
ditengah-tengah masyarakat untuk bisa memberikan pemahaman tentang bagaimana
hidup dengan saling toleransi akan membuat hidup lebih bermakna. Jangan sampai
berdiam diri diatas menara gading, sehingga tidak tahu tentang keberadaan
masyarakat dan problematiknya. Toleransi hidup beragama harus menjadi suatu
nilai sosialisasi yang dibangun dalam keluarga, institusi pendidikan,
masyarakat dan teman sebaya. Toleransi dibangun dan ditumbuhkan menjadi suatu
pembiasaan untuk dilembagakan atau intitusionalisasi sehingga menjadi nilai
bersama dalam masyarakat. sehingga menjadi darah daging secara internalisasi
dalam kehidupan masyarakat. toleransi sosial seharusnya menjadi realitas sosial
yang subjektif dan objektif dalam masyarakat. sehingga bisa menenun toleransi
menjadi dasar dari nilai-nilai local naratif dalam masyarakat hari ini. jangan
sampai masyarakat terprovokasi oleh klaim-klaim kebenaran sempit didalam suatu
kelompok, karena dalam wilayah public perlu adanya kesatuan nilai etika secara
global untuk terbentuknya suatu tatanan masyarakat majemuk yang toleransi.
Dalam masyarakat yang plural atau majemuk perlu dikembangkan suatu sikap empati
dan simpati untuk saling tolong-menolong sebagai suatu sikap kewajaran dari
sesame warga yang mendiami wilayah tercinta ini. kemudian perlu diajarkan oleh
orang tua dalam keluarga nilai-nilai kemajemukan sebagai suatu adaptasi
nantinya dalam masyarakat. karena sosialisasi dalam keluarga adalah menyiapkan
anak-anak untuk bisa diterima oleh masyarakat. kemudian dalam keluarga juga
diajarkan secara fundamental dengan kuat nilai kerja sama, gotong-royong antar
sesame pemeluk tanpa membedakan agama dan keyakinan. Supaya bisa menjadi
manusia yang tidak individualistis dan sangat sempit dalam memahami integrasi
sosial dimasyarakat.
Masyarakat
perlu mengelola toleransi sosial antara sesame individu dalam masyarakat agar
bisa meminimalkan intoleransi didalam system sosial. Intoleransi sangat
mengganggu equilibrium atau keseimbangn dalam masyarakat. jadi secara adaptif
individu-individu dalam masyarakat harus mengembangkan sikap toleransi, agar
tujuan masyarakat bisa tercapai dalam membendung terjadinya aksi atau konflik
sosial dimasyarakat. integrasi sosial dimasyarakat sekali lagi harus menjadikan
individu-individu mengembangkan semangat kesadaran kolektif untuk terbangunnya
kesepahaman sosial. Terakhir pola-pola kedamaian dan keharmonisan harus tetap
dijaga dalam system sosial agar bisa melangsungkan keberadaan masyarakat secara
aman dan terkendali.
No comments:
Post a Comment