Petualang
politik selalu ada setiap momentum demontrasi, karena para avonturir selalu
ingin menunggangi aksi umat dalam menyuarakan aspirasi atas proses hukum kasus
dugaan penistaan agama yang melibatkan gubernur DKI Jakarta (non aktif) Basuki
Tjahaya Purnama atau Ahok. Para petualang politik selalu ingin menunggangi demi
kepentingan individu, kelompoknya atau apapun yang menjadi hasrat politiknya. Apalagi
sekarang ini momentumnya sangat dekat dengan jelang pilkada di Ibukota Jakarta,
Ahok sebagai Petahana juga maju sebagai calon gubernur , disamping itu ada
calon dari Agus Yudoyono dan Anis Baswedan. Pertarungan memperebutkan DKI-1
ternyata secara Big Patronnya adalah
pertarungan antara Megawati-Yudhoyono-Prabowo. Sah-sah saja orang melakukan
analisa demikian, karena yang mengusung calon gubernur DKI dari partai politik
mereka bertiga, disamping didukung oleh beberapa partai yang lain.
Realitas
politik dalam ranah relasi pengetahuan dan kekuasaan, para petualang politik
dengan sebaran kekuasaannya selalu menyebar tanpa bisa dilokalisasi dan meresap
ke dalam seluruh jalinan perhubungan sosial. Para petualang politik berusaha
memanfaatkan momentum aksi bela Islam tanggal 2 desember 2016 berusaha
memproduksi wacana-wacana politik yang justru sangat merugikan calon dari
petahana yang ingin maju. Apalagi ada rilis dari survey tentang pilkada DKI,
yang hasilnya adalah melorotnya angka elektabilitas pasangan nomor 1, walaupun
kita boleh percaya, boleh tidak, tetapi itulah realitas sosial politik yang
bisa kita jadikan rujukan politik. Walaupun wacana atau diskursus tentang
survey tersebut disusun, dimapankan oleh metode yang sangat ilmiah yang
akhirnya menghasilkan kebenaran yang bukan dari langit, tetapi diproduksi oleh
kekuasaan periset, khalayak digiring untuk mengikuti kebenaran yang telah
ditetapkan tersebut. Tetapi para pemilih di DKI sangat berbeda realitas
perilaku pemilihnya dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia ini.
Kembali
kepada adanya avonturir atau petualang politik yang akan menunggangi aksi 2
desember 2016, bisa dilihat dari statement atau pernyataan bersama antara
Kapolri dan Panglima ABRI tentang makar? Kalau kita lihat disitulah korelasinya
adanya makar dengan para petualang politik yang akan memanfaatkan momentum
tersebut.
Public
pastinya akan penasaran dan ingin tahu siapa saja yang akan menunggangi aksi
bela Islam tanggal 2 Desember 2016, dan ini harus dijawab oleh Kapolri, jangan
sampai terjadi bola liar yang akan menjadikan public bingung, dan para elit
politik saling tuduh diantara mereka. Tentu saja tidak bagus dalam hidup
berdemokrasi. Akhirnya pernyataan Kapolri dan Panglima ABRI yang mengatakan ada
aksi makar yang akan ditunggangi para petualang politik atau Avonturir ini
harus dipertanggungjawabkan kepada public, jangan sampai membuat public menjadi
ramai karena pernyataan tersebut.
No comments:
Post a Comment