Tumbuh
kembangnya suatu masyarakat diiringi dengan dinamika hubungan manusia yang
sangat kompleksitas atau heterogenitas yang berjalan sangat cepat. Satu dekade
terakhir, dinamika perubahan sosial dimasyarakat menjadi terpolarisasi dengan
semakin berkurangnya pembauran dimasyarakat akibat sekat-sekat primordialisme
yang berujung kepada fanatisme buta. Fanatisme buta seringkali membuat kita
tidak bisa lagi memandang sesuatu objek tersebut dengan cara berpikir yang
sehat tanpa ada unsur kebencian.
Doktrin
atau dogma keagamaan sering kali membuat kita menjadi kurang berpikir
sosiologis melihat realitas sosial kekinian. Pengetahuan orang-orang yang
mengetahui doktrin keagamaan sering kali membuat dirinya sangat berkuasa dalam
menafsirkan sesuatu realitas sosial dimasyarakat, sehingga diikuti oleh
pengikutnya. Hiperalitas seorang pendoktrin agama memberikan janji-janji pahala
dan syurga kepada pengikutnya terkadang sedikit berlebihan karena melihat tidak
berpihaknya pada kaum miskin yang perlu juga diberikan solusi agar bisa menjadi
lebih sedikit sejahtera dibanding sebelumnya.
Fanatisme
merupakan suatu paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap
sesuatu secara berlebihan, baik pada doktrin agama tanpa berpikir secara
objektif dan terhadap seseorang. Sangat fatal dan berbahaya sekali pada
masyarakat jikalau fanatic kepada seseorang yang dianggap memiliki kelebihan
dan kemudian pengikutnya sangat tidak rasional dalam menafsirkannya. Disitulah dibutuhkan
pendidikan agar manusia tidak menjadi bodoh sehingga bisa atau mampu berpikir
jernih tentang apa yang diucapkan oleh seorang yang dianggap menjadi
pemimpinnya atau sang idolanya. Disinilah sering kita lihat bagaimana simulasi
kekuasaan bermain pada tataran ide-ide atau wacana yang dianggap terlalu
hiperealitas dalam kepentingan semu. Tanpa disadari oleh pengikutnya bahwa itu
merupakan manipulasi kesadaran yang dilakukan oleh pemimpin dalam sebuah
kelompok dengan menjadikannya sebagai seorang panutan dimasyarakat.
Banyak
sekali kejadian yang terlihat dalam fenomena saat ini seperti para pengikut
padepokan yang di pasuruan Jawa Timur dengan modus penggandaan uang ternyata
mampu membius para pengikutnya untuk fanatisme buta kepada seorang dimas
kanjeng taat pribadi. Apalagi simulasi yang dilakukannya dianggap oleh
pengikutnya sebagai karomah atau apapun namanya sehingga masyarakat menjadi
buta dan tidak lagi menggunakan akal sehatnya. Modusnya tetap saja manusia
dibudak oleh uang dan uang lagi. Birahi untuk mendapatkan uang dengan jalan
mudah dan terkesan konyol tanpa berusaha semaksimal mungkin sudah sangat
menghantui manusia modern yang tingkat pengetahuannya sudah dianggap maju dan
berkembangnya alat-alat teknologi.
Kemudian
masih banyak lagi kejadian atau peristiwa dan fenomena yang terjadi dinegara
ini sebagai perwujudan multikultur sebuah bangsa yang kaya akan etnis dan suku,
agama, ras dan kelompok. Semestinya tidak terjadi lagi diskriminatif terhadap perbedaan
apapun di bangsa ini, karena sadar fungsi sebagai rakyat yang ber-Bhennika
Tunggal Ika, sehingga fanatisme buta harus dibuang jauh-jauh dari kandang
kenegaraan bangsa ini….
No comments:
Post a Comment