Masyarakat
indonesia merupakan kumpulan-kumpulan yang terdiri dari berbagai macam-macam
suku, agama dan kelompok. Itu merupakan suatu keniscayaan dari komitmen dari
founding father kita sehingga negara ini tetap eksis sampai hari ini. tarik menarik
kepentingan politik pragmatis memang merupakan sebuah problematic yang sangat
menghiasi perjalanan bangsa ini. tetapi kita harus bisa tetap fokus dalam
menjalankan agenda bangsa ini.
pemimpin
negara ini harus tetap komitmen dan konsisten dengan ideology pancasila sebagai
dasar negara ini, sehingga tidak terombang-ambing dalam menghadapi
gempuran-gempuran ideology dari luar bangsa ini yang sengaja ingin
mengaburkannya, dan berusaha mencangkokkan kepentingan-kepentingan yang
berakibat pada retak dan rapuhnya pondasi bangsa ini. bangsa ini didirikan
dengan semangat nasionalisme dan patriotism yang tinggi oleh para pejuang
kemerdekaan tanpa memandang ras, suku, kelompok dan golongan. Kita sebagai
generasi penikmat sudah sepatutnyalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
ini dengan tetap toleransi dan membuang jauh-jauh sikap intoleransi sebagai
gejala rusaknya sendi-sendi dasar bangsa ini.
Sebagai sebuah bangsa yang sudah
berumur 71 tahun dalam mempertahankan keutuhan persatuan dan kesatuan warga
negara yang terkotak-kotak primordialisme sepantasnya semakin mampu
menyelesaikan kerikil-kerikil masalah yang terkadang para anak bangsa yang
berbeda-beda sering kali memicu konflik yang menyebabkan terjadinya aksi main
hakim sendiri oleh kelompok-kelompok yang disulut dengan dendam dan ditunggangi
kepentingan politik. Negara ini tidak boleh kalah dengan kelompok yang selalu
ingin memecah persatuan dan kesatuan bangsa ini. dengan tetap fokus bagaimana
menata perekonomian negara ini sehingga bisa mensejahterakan rakyatnya. Prinsip
Multikulturalisme tetap harus dijadikan pondasi pembangunan pemerintah pusat
sehingga tetap menjaga kepentingan nasional dan integrasi bangsa ini. prinsip
Multikulturalisme diabaikan oleh para penguasa orde baru saat itu dalam
membangun prioritas perekonomian, dengan menjadikan fundamentalisme ekonomi
sebagai satu-satunya yang harus dipenuhi dan memarginalkan non ekonomi. Prinsip
multikulturalisme sebagai sebuah tatanan bangsa ini akhirnya ditabrak oleh
penguasa saat itu dengan politik dan
ekonomi yang tidak toleransi terhadap kearifan local yang tumbuh dan berkembang
dalam menjaga keutuhan masyarakat dan budayanya.
Setidaknya terdapat dua garis vertical
menurut Prof Irwan Abdullah guru besar antropologi Universitas Gajah Mada,
yaitu suatu upaya membangun multicultural dengan berdasarkan kesepakatan negara
dan warganya. Prinsip desentralisasi merupakan pintu gerbang yang baik dalam
membangun pola multicultural dalam prinsip vertical ini. model pembangunan kita
saat ini sudah bergeser ke daerah, sehingga prinsip multikulturalisme akan
semakin menjadi sebuah pola yang akan menggantikan prinsip-prinsip politik
sentralistis yang dianggap gagal dalam menjaga integritas bangsa ini. ide
Multikulturalisme akan menjadikan pembangunan ekonomi semakin fleksibel, karena
pembangunan ekonomi tidak sentralistik ditangan pusat lagi, tetapi sudah daerah
yang menentukan.
Pergeseran paradigm pembangunan
kedaerah dengan tatanan multikulturalisme akan semakin memberikan ruang gerak
dan partisipasi masyarakat didaerah untuk semakin peduli terhadap kemajuan didaerah,
tetapi sebaliknya implikasi yang terjadi akan menjadi mimpi belaka apabila proses
pembangunan tidak dibuka seluas-luasnya dalam konteks pluralitas budaya.
No comments:
Post a Comment