Oligarki
didefinisikan sebagai politik mempertahankan kekayaan (wealth defense). Kekuasaan material adalah basis bagi kekuasaan
oligarkis. Demokrasi dan oligarkis sangat berbeda dalam prakteknya dalam
kehidupan sosial. Kalau demokrasi sangat berkaitan dengan kekuasaan politik
formal yang tersebar yang didasarkan pada hak, prosedur, dan tingkat
partisipasi popular, berbeda dengan itu, oligarki didefinisikan sebagai
kekuasaan material yang terkosentrasi yang didasarkan pada klaim atau hak yang
dipaksakan atas kepemilikan atau kekayaan dalam Winter (2014:207).
Secara sosiologis
oligarki politik merupakan dominasi kelompok
yang berada didalam lingkaran kekuasaan dan berusaha menguasai
kepentingan ekonomi atau material untuk mempertahankan kemewahannya. Berbeda
dengan kelompok elit yang kadang tidak memiliki kekuasaan materialis sehingga
harus bekerja sama untuk bisa memberikan support dana demi kepentingan para
kandidat untuk memuluskan kemenangannya di kontetasi demokrasi. Tindakan kaum
oligarki yang kawin kepentingan dengan para kandidat atau elit politik yang
akan bertarung bisa diprediksi secara sosiologis. Analisisnya adalah kalau
memenangkan pertarungan tentu saja kaum oligarkis akan tetap untung menggarap
kesepakatan dengan kaum elit yang jadi penguasa tersebut. Kemudian keberadaan
kaum oligarki secara struktur sosial sangat mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak para kaum elit saat berkuasa. Pemimpin yang tersandera oleh kaum
oligarki tidak akan mampu melepaskan dari jerat
politiknya, sehingga secara dramaturgi permainan panggung depan pemimpin
setelah berkuasa akan sangat bertolak belakang dengan janjinya saat berkampanye
dimasyarakat.
Dalam
teori sumber kekuasaan, kandidat terpilih secara langsung tentu saja
mendapatkan sumber kekuasaannya dari rakyat atau mandatnya diberikan oleh
rakyat dalam demokrasi electoral. Tetapi belakangan ternyata kecenderungan
penguasa selalu harus berurusan dengan janji-janji sebelum berkuasa untuk
ditunaikan kewajibannya. Inilah dilema pemimpin didaerah yang selalu berani
ambil resiko untuk maju mencalonkan menjadi pemimpin tetapi dari hasil hutang politik
kepada elit ekonomi. Sehingga realisasi visi, misi beserta program dan
proyeksinya untuk kesejahteraan masyarakat semakin kabur dari realitas public.
Kaum
oligarki sangat sadar bahwa demokrasi membawa ancaman yang berbahaya akan
eksistensi di tengah-tengah public. apalagi dalam demokrasi langsung beban
moral seorang pemimpin akan diminta tanggungjawabnya saat sudah jauh dari kaca
mata public saat setiap membuat kebijakan public. tanggung jawab untuk
mensejahterakan akan diminta langsung oleh public kepada setiap penguasa. Kalau
tidak justru akan membuat ketidakpercayaan masyarakat kepada pemimpin.
Masyarakat akan menjadi curiga dan mulai menilai peran orang-orang disekeliling
penguasa yang kuat menyetir penguasa demi kepentingannya. Disinilah perlunya
kekuasaan masyarakat sipil untuk mampu menekan sehingga peran kaum oligarki
bisa dikurangi terhadap kekuasaannya.
Secara
structural fungsional kaum oligarki ternyata memberikan kontribusi positif
terhadap para elit politik, sehingga tetap dijaga equilibrium dalam
realisasinya. Keteraturan antara kaum oligarki dan kaum elit tetap harmoni dan
bekerja sama, karena sudah terjadi consensus atau deal politik yang bersifat
rasional. Apalagi dalam memperoleh hasil terakhir ternyata menang, pasti akan
ada kesadaran kolektif antara elit politik dan kaum oligarkis. Tetapi acapkali
terjadi juga anomi atau kegagalan dalam mencapai kesepakatan antara elit dan
kelompok oligarki saat menelan kekalahan dalam pemilihan kepala daerah. Itu
merupakan resiko politik yang harus ditanggung para kandidat dalam memenuhi
janjinya untuk membayar hutang politik.
Secara
teori Konflik, pergantian kekuasaan merupakan hal yang lumrah dalam setiap
suksesi kepemimpinan di dalam kekuasaan dengan cara bersaing dan berkompetisi
sehingga terjadilah perubahan. Tetapi harapan masyarakat hanya sebagai kelompok
yang termarginalkan akibat realitas sosial politik yang masih belum dewasa
dalam mendidik masyarakat dalam berpolitik secara cerdas dan pilihan
rasionalitasnya. Kepentingan para penguasa dan kelompok oligarki masih terus
menerus menempel dalam wajah kekuasaan hari ini, sehingga kepentingan
masyarakat masih menjadi permukaan bawah atau kandang peliharaan yang hanya
dibutuhkan pada saat pilkada akan dimulai.
Oleh
karena itulah kelompok oligarki perlu kekuasaan kaum elit politik untuk bisa menopang
kepentingannya secara ekonomi dan politik, sehingga bisa dengan leluasa sebagai
kelompok yang tersembunyi dan tidak kelihatan melakukan pressure apabila sudah
menyimpang dari perjanjian awalnya. Kelompok yang tersembunyi dan tidak
kelihatan dalam teori kubus kekuasaan sangat besar mempengaruhi jalannya
kekuasaan didaerah, sehingga seakan-akan ada tangan tidak Nampak tetapi sangat
berkuasa dalam mempengaruhi setiap kebijakan ekonomi dan politik penguasa.
No comments:
Post a Comment